Rabu, 17 Maret 2021

Perkembangan Imprealisme dan Kolonialisme Barat di Indonesia

 



Sir Thomas Stamford Bingley Raffles
herman willem daendels










       Penulis : Fatimah, S.Pd

        Kelas : XI SP/Genap

             


                   


APerkembangan Imprealisme dan Kolonialisme Barat di Indonesia

Menurut sejarawan Sartono Kartodirdjo, imprealisme adalah perluasan kontrol politik ke daerah seberang. Adapun kolonialisme merupakan upaya dari suatu bangsa untuk menguasai suatu daerah di luar wilayahnya, baik secara ekonomi maupun politik.

a.     Periode Kekuasaan Portugis dan Spanyol

Kekuasaan Portugis dimulai dengan penaklukan Malaka pada 1511 di bawah pimpinan Alfonso d’ Albuquerque. Wilayah yang selanjutnya menjadi sasaran Portugis adalah Jawa dan Maluku.

Pada tahun 1512 Portugis tiba di Kepulauan Maluku di bawah Antonio de Abreau dan Francisco Serrao. Pada awalnya kedatangan Portugis di Kepulauan Maluku, khususnya Ternate diterima baik oleh penduduk setempat. Penduduk berharap keberadaan Portugis dapat menguntungkan secara ekonomis karena mereka bersedia membeli rempah-rempah dengan harga tinggi.

Pada 1521 Spanyol mendarat di Maluku. Tidore yang merupakan musuh ternate memanfaatkan kedatangan Spanyol untuk menyerang Ternate. Spanyol sendiri pada saat itu sedang terlibat perselisihan dengan Portugis.

Dalam sebuah pertempuran, Portugis-Ternate berhasil mengalahkan persekutuan Spanyol-Tidore. Persaingan Portugis dan Spanyol diakhiri dengan penandatanganan Perjanjian Saragosa pada tanggal 22 April 1529. Isi perjanjian Saragosa sebagai berikut :

1.      Maluku menjadi daerah di bawah pengaruh Portugis

2.      Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Fhilipina

 

Hubungan baik Portugis dan Ternate tidak berlangsung lama. Dalam perkembangannya, Portugis Justru merugikan rakyat Ternate karena Portugis menerapkan monopoli perdagangan rempah-rempah.

Portugis juga membunuh Sultan Hairun dan memaksa rakyat Ternate mengakui kekuasaan Portugis di Ternate. Peristiwa itu mendorong putra Sultan Hairun, Sultan Baabullah bersama rakyat Ternate mengangkat senjata untuk melawan Portugis pada 1575.

 

b.     Periode Kekuasaan VOC

Vereenigde OOst Indische Compagnie (VOC). Kongsi dagang Belanda yang resmi didirikan pada tanggal 20 maret 1602. Pembentukan VOC bemula dari saran wali Negara Belanda, Prins Maurits, yang diajukan dalam siding staaten Generaal (parlemen). VOC mempunyai hak untuk berdagang disebelah timur kaap de Goede HOOp ( Tanjung Harapan) dan sebelah barat Selat Magellan.

Pembentukan VOC mempunyai tujuan sebagai berikut :

1.      Menghindari persaingan diantara para pedagang belanda

2.      Membantu keuangan pemerintah belanda

3.      Menyaingi pedagang-pedagang lain dari luar Belanda

4.      Memperkuat posisi sehingga dapat melaksanakan monopoli perdagangan

5.      Menjalankan pemerintahan sebagai wakil pemerintah Belanda di Hindia Timur

 

VOC dibentuk sebagai perusahaan dagang berstatus swasta. Meskipun demikian, eksistensi VOC disebut sebagai akar dari penjajahan Belanda di Indonesia. Dalam perkembangannya, VOC bertindak seperti sebuah Negara. VOC bertindak sebagai wakil pemerintah Belanda di wilayah dagang VOC. Pemerintah Belanda memberikan wewenang khusus untuk menjalankan kekuasaan di Indonesia.

Wewenang ini disebut hak oktroi. Hak oktroi yang dimiliki VOC sebagai berikut.

1.      Hak mencetak uang

2.      Hak memelihara angkatan perang

3.      Hak memerintah daerah yang diduduki

4.      Hak melakukan perjanjian dengan raja-raja

5.      Hak memonopoli perdagangan rempah-rempah.

 

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Van Overstraten, kondisi VOC mengalami kemunduran, kemunduran VOC dilatarbelakangi beberapa factor berikut.

1.      Banyak pegawai VOC yang tidak cakap

2.      Timbul perlawanan di berbagai daerah

3.      Terjadi korupsi didalam perusahaan dilakukan pegawai VOC

4.      Keuangan VOC mengalami defisit sehingga memiliki banyak utang

5.      VOC terlalu sering terlibat perang yang memerlukan anggaran biaya sangat tinggi.

 

c.      Periode Pemerintahan Kolonial Belanda I

Jalan  raya yang membentang sepanjang pantai utara jawa (pantura) sekitar 1000.km itu selalu ramai dilalui para pemudik pada saat menjelang hari raya. Jalan menghubungkan kota-kota di pulau jawa dari ujung barat (anyer) hingga ujung timur(Panarukan). Jalan pantura merupakan salah satu warisan pemerintah kolonial Belanda. Jalan tersebut dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandels (1808-1811).

Selama berkuasa di Indonesia, Deandels megeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :

1.      Bidang Pertahanan

(Membangun jalan raya anyer-panarukan( jalan raya pos/groote post-weg)

2.      Bidang keuangan

( Menjual tanah-tanah kepada pihak swasta atau partikelir ( Cina dan Arab)

3.      Bidang pemerintahan

(Memindahkan pusat pemerintahan dari sunda kelapa ke jayakarta, membentuk kantor pengadilan di Batavia dan Surabaya)

 

Pada 18 September 1811 terjadi perubahan politik setelah pemerintah colonial Belanda di Indonesia mengalami kekalahan dari pasukan inggris. Inggris dating menggantikan pemerintahan Belanda. Pengakuan kekalahan Belanda kepada Inggris dilakukan didaerah Tuntang, salatiga dengan menandatangi sebuah perjanjian yang disebut kapitulasi Tuntang, kapitulasi tuntang berisi ketentuan sebagai berikut.

1.      Pulau jawa dan daerah sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan kepada inggris

2.      Semua tentara belanda menjadi tawanan inggris

3.      Orang-orang Belanda dapat diperkerjakan dalam pemerintahan Inggris.

 

d.     Periode pendudukan Inggris

Thomas Stamford Raffles, tokoh yang menjalankan pemerintahan Inggris di Indonesia.

Kebijakan Raffles dalam bidang pemerintahan sebagai berikut.

1.      Pulau jawa dibagi menjadi delapan belas keresidenan

2.      Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dalam bentuk uang

Kebijakan  raffles dalam bidang keuangan sebagai berikut:

1.      Penghapusan segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa/rodi

2.      Pemberlakuan sistem sewa tanah (Landrent)

3.      Penjualan tanah kepada pihak swasta dan melanjutkan usaha penanaman kopi

 

Pemerintahan inggris di Indonesia berlangsung lama. Berdasarkan konvensi London pada 1814, inggris sepakat menyerahkan kembali wilayah Indonesia kepada belanda.

 

e.     Periode Pemerintahan Kolonial belanda II

Setelah mendapat penyerahan kekuasaan dari Inggris pada 1816. Belanda kembali menancapkan kekuasaannya di Indonesia. Selama kurun waktu 1816-1830 kebijakan yang diterapkan pemerintah colonial Belanda adalah pelaksanaan sewa tanah.

Pada periode pemerintahan yang kedua ini Belanda mengalami defisit, car amengatasi defisit keuangan ini, menerapkan kebijakan tanam paksa (cultuurstelsel)

Secara teoritis, kebijakan tanam paksa tidak terlalu membeban rakyat. Meskipun demikian, pada praktiknya pemerintah kolonial Belanda memberlakukan cultuur procenten kepada pegawai local(residen dan kepala desa). Cultuur procenten adalah hadiah berupa uang persenan dari harga hasil tanam paksa yang terkumpul di wilayahnya. Adanya pemberian hadiah tersebut menimbulkan kecenderungan para pegawai lokal memaksa rakyat mencapai target tersebut, akibatnya, banyak pegawai yang melakukan penekanan kepada petani dalam penyerahan hasil panen. Para petani mengalami penderitaan, kemiskinan, kelaparan.

Protes terhadap tanam paksa disambut baik golongan liberal. Golongan liberal diparlemen Belanda menuntut agar pemerintah kolonial belanda membuka diri terdapat modal asing. Mereka membuka berbagi jenis perkebunan seperti teh, kopi,tembakau, tebu, kina dan kopra.

Pembangunan sarana jalan raya, irigasi, jalan kereta api, jembatan dermaga, melibatkan rakyat dan memaksa rakyat untuk melaksanakan kerja rodi. Mendapat upah rendah, sistem pajak sangat berat, produksi bahan makanan berkurang, pihak penguasa mendapat keuntungan besar

Penerapan politik pintu terbuka mennyadarkan kaum progresif belanda agar memikirkan nasib rakyat, yakni politik Etis atau politik balsa budi. Pencetusnya adalah Conraad Theodore van Deventer. Yakni Edukasi, Irigasi, dan imigrasi.

 

Daftar Pustaka

Darini, Ririn. Ringo Rahata. Wahjudii Djaja. Mulyadi.2016. Buku Siswa Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Klaten : Cempaka Putih

 Utomo, Ardi Priyatno.  2018. “Biografi Tokoh Dunia: Sir Stamford Raffles Penulis Sejarah Jawa”,

https://internasional.kompas.com/read/2018/07/05/22284481/biografi-tokoh-dunia-sir-stamford-raffles-penulis-sejarah-jawa?page=all, diakses pada 18 Maret 2021 pukul 07.29

 

7 komentar:

  1. Jalan raya yang membentang sepanjang pantai utara jawa (pantura) sekitar 1000.km itu selalu ramai dilalui para pemudik pada saat menjelang hari raya.

    BalasHapus
  2. Menurut sejarawan Sartono Kartodirdjo, imprealisme adalah perluasan kontrol politik ke daerah seberang. Adapun kolonialisme merupakan upaya dari suatu bangsa untuk menguasai suatu daerah di luar wilayahnya, baik secara ekonomi maupun politik.

    BalasHapus
  3. Nama: Putri Ayu Sagala
    Kelas: X IPS 2

    Terima kasih buk, artikel atau materi yang ibu berikan sangat bermanfaat bagi saya dan teman yang lainnya bu, dan saya lebih memahami pembelajaran tentang Perkembangan Imprealisme dan Kolonialisme Barat di Indonesia.
    Saya lebih dapat menambah ilmu tentang Sejarah bu.

    BalasHapus
  4. Shandy riski aditya
    10 ips 1

    Sangat menarik artikelnya buk

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga blog ini semakin berkembang dan menambah pemahaman dalam belajar sejarah

      Hapus

Detik detik proklmasi

 Tonton video sampai habis😇 XI IPA  sejarah Indonesia